Tafsir Surat Al-Bayyinah Ayat 7-8
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (QS Al-Bayyinah 7)
Ibnu Jarir ath-Thabari berkata dalam tafsirnya :
ALLAH Ta’aalaa berkata (yang bermakna) : Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada ALLAH dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, menyembah ALLAH semata dengan mengikhlaskan agama ini hanya untuk-Nya dengan hanif cenderung kepada tauhid, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan menta’ati ALLAH dalam perintah dan larangan-Nya (dengan meninggalkan larangan-Nya). . .
Barang siapa melaksanakan itu semua dari kalangan manusia maka mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya :
Kemudian ALLAH Ta’aalaa menceritakan tentang keadaan orang-orang yang berbakti yaitu orang-orang yang beriman dengan hati-hati mereka dan beramal shalih dengan badan-badan mereka bahwa mereka adalah sebaik-baik makhluk.
Abu Hurairah dan sebagian ulama berdalil dengan ayat ini atas keutamaan orang-orang yang beriman dari kalangan makhluk atas para malaikat karena firman-Nya (yang bermakna) “mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”.
Dalam ayat ini dibicarakan tentang sebaik-baik makhluk. Ada beberapa ayat yang menyatakan bahwa manusia itu adalah sebaik-baik makhluk. Dari sisi penciptaan ALLAH berfirman:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS Al-Israa’ 70)
لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . (QS At-Tiin 4)
Dalam kedua ayat tersebut jelas-jelas bahwa manusia itu telah dimuliakan dalam penciptaannya melebihi dari makhluk-makhluk lain, bahkan ALLAH memerintahkan Iblis untuk bersujud kepada Nabi Adam ‘alaihi as-salam. Akan tetapi sifat manusia yang dzalim dan jahil (bodoh) sebagaimana ALLAH katakan :
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (QS Al-Ahzab 72)
menyebabkan terjerumus kepada kekafiran dan kemusyrikan sehingga jatuh kepada kedudukan sejelek-jeleknya makhluk sebagaimana firman ALLAH :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS Al-Bayyinnah 6)
dan juga
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), (QS At-Tiin 5)
Itulah kebanyakan manusia yang tidak bersyukur kepada Penciptanya yang telah memuliakan penciptaannya dan menjadikannya sebaik-baik bentuk, dan memang kebanyakan manusia adalah merugi kecuali yang beriman dan beramal shalih.
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al-‘Ashr 1-3)
Orang-orang yang tidak merugi inilah yang dimaksud sebaik-baik makhluk dalam QS Al-Bayyinah 7.
Sebaik-baik makhluk hanya bisa dicapai dengan iman dan amal shalih yang tingkatan-tingkatannya terbagi empat :
Para Nabi ‘alaihim ashshalatu wa assalam
Para Shiddiiqiin
Para Syuhadaa’
Para Shalihiin
Sebagaimana firman ALLAH:
ومن يطع الله والرسول فأولئك مع الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين
Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, syuhadaa’, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS An-Nisaa’ 69)
Kedudukan yang tertinggi adalah para Nabi, berikutnya adalah Shiddiqiin maknanya adalah pengikut para Nabi dan bersungguh-sungguh membenarkan dan melaksanakan ajaran mereka. Kata shiddiq adalah bentuk penyangatan (mubalaghah) memberi arti sangat-sangat membenarkan baik dengan hati, ucapan dan perbuatan. Contoh dari umat ini adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Contoh ummat yang lalu adalah Maryam Ash-Shiddiiqah ibunda Nabi ‘Isa ‘alaihimaa as-salaam. Sedangkan Syuhadaa’ adalah orang-orang yang terbunuh di jalan ALLAH dalam rangka menegakkan kalimat-Nya seperti ‘Umar bin al-Khattab, ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib radhiallaahu ‘anhum. Shalihiin adalah orang-orang yang amal bathin dan dzahirnya shalih atau baik sesuai syari’at.
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS Al-Bayyinah 8)
Ibnu Jarir ath-Thabari berkata dalam tafsirnya :
ALLAH Ta’aalaa berkata (yang bermakna) : Pahala mereka yang beriman dan beramal shalih di sisi Rabb mereka pada hari kiamat adalah “surga ‘Adn” yakni kebun-kebun atau taman-taman tempat tinggal menetap. Mengalir di bawah pohon-pohonnya sungai-sungai.
“Mereka kekal di dalamnya”. ALLAH berkata (yang bermakna): mereka tinggal di dalamnya selama-lamanya, mereka tidak keluar dari surga itu dan tidaklah mengalami kematian.
“ALLAH ridha pada mereka” dengan sebab mereka mentaati-Nya di dunia dan beramal untuk keselamatan mereka dari ‘adzab-Nya. “Mereka ridha pada-Nya” dengan sebab ALLAH memberi mereka pahala pada hari itu atas ketaatan mereka kepada Rabb mereka di dunia dan ALLAH membalas mereka atas itu semua dengan kemuliaan.
Firman-Nya “Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”. ALLAH berkata (yang bermakna) : Kebaikan yang Aku sifatkan ini dan Aku janjikan pada hari kiamat kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih, “bagi orang yang takut kepada Rabbnya” yakni : bagi orang yang takut kepada ALLAH di dunia dalam keadaan sendirian atau dilihat orang banyak, kemudian bertakwa kepada-Nya dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya dan menjauhi maksiat-maksiat kepada-Nya.
Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya:
Kemudian ALLAH berkata “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka” yakni pada hari kiamat “ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya” yakni tidak terpisah, tidak terputus dan tidak ada habisnya.
“Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya” dan tingkatan (keutamaan) ridhaNya jauh lebih tinggi dari nikmat yang abadi yang diberikanNya kepada mereka.
“Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya” yakni balasan ini adalah hasil dari orang yang takut kepada ALLAH, bertakwa kepadaNya dengan sebenar-benar takwa, menyembahNya seakan-akan melihatNya dan mengetahui bahwa walaupun dia tidak mampu melihatNya maka sesungguhnya Dia selalu melihatnya.
Beberapa faidah yang bisa dipetik dari ayat tersebut :
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka” perkataan “di sisi” atau bahasa arabnya adalah “’inda” menunjukkan bahwa balasan itu semata-mata pemberian dan kemurahan ALLAH Ta’aalaa, bukan hak kita bukan balasan yang sebanding dengan amal kita akan tetapi semata-mata karena fadhilah dan kemurahanNya. Dalam bahasa arab balasan yang berupa hak atau sebanding adalah dengan kata “’alaa” yang bermakna “atas”. Sehingga tidak dikatakan “Balasan mereka atas (‘alaa)Tuhan mereka” akan tetapi “Balasan mereka di sisi (‘inda) Tuhan mereka”. Hal ini ditunjukkan oleh ALLAH dalam :
جَزَاءً مِنْ رَبِّكَ عَطَاءً حِسَابًا
“Sebagai balasan dari Tuhanmu berupa pemberian (anugerah) yang banyak (mencukupi)”(QS An-Naba' 36)
Makna “’Athaa’an” yakni “tafadhullan” yang bermakna pemberian, anugerah dimana ALLAH membalas satu kebaikan dengan sepuluh bahkan tujuh ratus lipat balasan. Bukankah ini pemberian dan anugerah yang luar biasa??
Sungai-sungai yang mengalir disebutkan dalam :
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آَسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ
(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya? (QS Muhammad 15)
“Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya.”
ALLAH menyebutkan balasan yang umum setelah balasan yang khusus (surga) yakni ridhaNya yang mencakup kehidupan di dunia apalagi di akhirat yang berupa surga dan kenikamatan di dalamnya serta melihat wajahNya. Dalam ayat ini menunjukkan bahwa balasan kebaikan itu tidak hanya diberikan saat di akhirat saja tapi juga di dunia dengan ridhaNya. ALLAH menyatakan ridha di dunia sebagaimana dalam :
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (QS Al-Fath 18)
ALLAH ridha terhadap orang-orang mu’min yang berbai’at setia kepada Nabi ‘alaihi ash-shalatu wa as-salam kemudian diberi balasan di dunia berupa ketenangan dan kemenangan yang dekat.
Iman dan ‘amal shalih pasti akan diberikan balasan di dunia selain balasan yang lebih baik dan kekal di akhirat kelak.
“Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut (khasyiya) kepada Tuhannya”
ALLAH menggunakan kata “khasyiya” bukan “khaafa” di mana dalam bahasa kita diartikan takut. Ada perbedaan sedikit di mana “khasyiya” lebih memberi makna takut di banding “khaafa”. “khasiya” adalah “khaafa” atau takut disertai dengan ilmu tentang keagungan dan kemahaperkasaan yang ditakuti. Sehingga ilmu tentang ALLAH sangat berperan terhadap munculnya rasa takut yang disebut “khasyah”. Oleh karena itu orang-orang yang bisa “khasyiya” hanyalah orang-orang yang berilmu sebagaimana dalam:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba- Nya, hanyalah ulama (QS Faathir 28)
Sehingga pujian ALLAH Ta’aalaa bagi orang yang berilmu atau ulama banyak sekali di dalam Al-Quran.
Kemudian ayat 7 dan 8 QS Al-Bayyinah ini menunjukkan betapa eratnya hubungan rasa takut (khasyah) dengan iman dan ‘amal shalih. Di mana hal ini menunjukkan bahwa dalam beriman dan beramal shalih selalu diiringi dengan rasa takut yang biasa disebut “khauf, rahbah dan khasyah” di samping rasa mengharap yang biasa disebut “rajaa’, raghbah” dan rasa cinta atau “mahabbah”.
ALLAH A’lam
Referensi
Tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari
Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir Adhwa al-Bayan oleh Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi dan Tatimmahnya oleh Syaikh ‘Athiyah Muhammad Salim
Tafsir Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin
0 comments:
Post a Comment