Sunday, September 14, 2025

Landasan Ibadah

Dan tidak mungkin dalam beribadah kepada-Nya kecuali dengan dua landasan pokok.

Yang pertama adalah mengikhlaskan agama hanya untuk-Nya, dan yang kedua adalah mengikuti perintah-Nya yang dengan itu Dia mengutus para rasul-Nya. Karena itu Umar bin al-Khaththab radhiyallāhu ‘anhu sering berdoa:

> “Ya Allah, jadikanlah seluruh amal perbuatanku amal yang saleh, jadikan ia murni hanya karena wajah-Mu, dan janganlah Engkau jadikan bagi seorang pun bagian darinya.”



Dan al-Fudhail bin ‘Iyadh, ketika menafsirkan firman Allah Ta‘ala
 {لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا} 
(untuk menguji kalian siapa yang terbaik amalnya), ia berkata: “Yang paling ikhlas dan paling benar.”
Mereka bertanya: “Wahai Abu ‘Ali, apa maksud ikhlas dan benar itu?”
Ia menjawab: “Jika amal itu ikhlas tapi tidak benar, maka tidak akan diterima. Jika benar tapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sampai amal itu ikhlas dan benar sekaligus. Ikhlas berarti untuk Allah, dan benar berarti sesuai sunnah.”

Karena itulah Allah mencela orang-orang musyrik dalam Al-Qur’an, sebab mereka mengikuti syariat yang dibuat oleh sekutu-sekutu mereka, yang Allah tidak izinkan, berupa peribadatan kepada selain-Nya atau amalan yang tidak Dia syariatkan. Sebagaimana firman-Nya:
 {أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ} (Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu yang mensyariatkan bagi mereka agama yang tidak diizinkan Allah?). 
Allah juga mencela mereka karena mengharamkan sesuatu yang Allah tidak haramkan. Padahal agama yang benar itu ialah: tidak ada yang haram kecuali yang Allah haramkan, dan tidak ada agama kecuali yang Allah syariatkan.

Kemudian manusia dalam beribadah kepada-Nya dan dalam memohon pertolongan-Nya terbagi menjadi empat golongan:

1. Orang-orang beriman yang bertakwa – mereka beribadah kepada-Nya karena-Nya dan dengan pertolongan-Nya.


2. Golongan yang beribadah tanpa isti‘ānah (memohon pertolongan) – mereka berusaha dalam ketaatan, wara‘, dan mengikuti sunnah; tetapi mereka tidak punya tawakal, sabar, dan isti‘ānah, sehingga dalam diri mereka ada kelemahan dan kegelisahan.


3. Golongan yang punya isti‘ānah, tawakal, dan sabar tanpa istiqāmah dalam perintah dan tanpa mengikuti sunnah – terkadang mereka diberi kemampuan, bahkan tampak pada mereka keadaan batin dan lahir, diberi sebagian penyingkapan (mukāsyafāt) atau pengaruh, yang tidak diperoleh golongan pertama. Namun mereka tidak punya akibat yang baik, karena bukan termasuk orang bertakwa, sedangkan akibat yang baik hanyalah bagi ketakwaan. Golongan pertama agamanya lemah, tapi tetap ada dan terus berlangsung selama tidak dirusak oleh kelemahan dan ketidakmampuan. Adapun golongan kedua ini, meski punya kekuatan, tetapi tidak kekal kecuali pada bagian yang sesuai perintah dan mengikuti sunnah.


4. Golongan yang paling buruk – mereka tidak beribadah kepada-Nya dan tidak memohon pertolongan-Nya; tidak meyakini bahwa ilmu itu dari Allah, dan tidak pula bahwa kekuatan itu dengan Allah.



Adapun kaum Mu‘tazilah dan semisal mereka dari kelompok Qadariyah yang menolak takdir, mereka dalam hal pengagungan perintah, larangan, janji, dan ancaman lebih baik daripada kelompok Jabariyah Qadariyah yang berpaling dari syariat, perintah, dan larangan. Sementara kaum Sufi, dalam hal takdir dan penyaksian tauhid rububiyah, lebih baik dari Mu‘tazilah. Tetapi di antara mereka ada yang terjatuh dalam bid‘ah dan berpaling dari sebagian perintah dan larangan, sehingga menjadikan tujuan akhir mereka hanya musyāhadah tauhid rububiyah dan fanā’ di dalamnya. Lalu mereka pun menjauh dari jamaah kaum muslimin dan sunnah mereka; maka mereka pun disebut Mu‘tazilah dalam sisi ini. Bahkan bid‘ah mereka terkadang lebih buruk daripada bid‘ah Mu‘tazilah. Kedua kelompok ini sama-sama tumbuh dari Bashrah.

Sesungguhnya agama Allah adalah apa yang Dia utus bersama para rasul-Nya dan turunkan dalam kitab-kitab-Nya; itulah jalan yang lurus, jalan para sahabat Rasulullah ﷺ, sebaik-baik generasi, umat yang paling mulia di sisi Allah setelah para nabi. Allah berfirman:

{وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ}

Allah ridha kepada para sahabat yang terdahulu dan juga kepada orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Nabi ﷺ bersabda dalam hadits-hadits sahih:

> “Sebaik-baik generasi adalah generasi yang aku diutus di tengah mereka, kemudian yang setelahnya, kemudian yang setelahnya.”



Ibnu Mas‘ud radhiyallāhu ‘anhu berkata:

> “Barang siapa di antara kalian hendak meneladani, hendaklah meneladani orang yang telah wafat, sebab yang hidup tidak aman dari fitnah. Mereka adalah para sahabat Rasulullah ﷺ, orang-orang yang paling lurus hatinya, paling dalam ilmunya, dan paling sedikit dibuat-buatnya. Mereka adalah kaum yang dipilih Allah untuk menemani Nabi-Nya dan menegakkan agama-Nya. Maka kenalilah hak mereka dan ikutilah petunjuk mereka, karena mereka berada di atas hidayah yang lurus.”



Hudzaifah bin al-Yamān radhiyallāhu ‘anhumā berkata:

> “Wahai para qāri’, istiqāmahlah kalian, ikutilah jalan orang-orang sebelum kalian. Demi Allah, jika kalian mengikutinya, kalian akan mendahului dengan jauh. Jika kalian mengambil kanan dan kiri, kalian akan tersesat dengan kesesatan yang jauh.”



Dan Ibnu Mas‘ud berkata:

> “Rasulullah ﷺ membuat sebuah garis untuk kami, lalu membuat garis-garis di kanan dan kirinya. Beliau bersabda: ‘Ini jalan Allah. Adapun garis-garis di kanan dan kiri, di setiap jalan ada setan yang menyeru kepadanya.’ Lalu beliau membaca: 

{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}.”



Allah memerintahkan kita untuk selalu berdoa dalam shalat:
{اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ}
 {صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ}

Nabi ﷺ bersabda:

> “Orang-orang Yahudi adalah yang dimurkai, dan Nasrani adalah yang tersesat.”



Yahudi mengetahui kebenaran tetapi tidak mengikutinya, sementara Nasrani beribadah kepada Allah tanpa ilmu. Karena itu ada ungkapan: “Berlindunglah kepada Allah dari fitnah ulama yang fajir dan ahli ibadah yang jahil, karena fitnah keduanya menimpa setiap orang yang terfitnah.”

Allah Ta‘ala berfirman:
{فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى} 
{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا}

Ibnu ‘Abbās radhiyallāhu ‘anhumā berkata: “Allah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.”

Demikian pula firman-Nya:
{الم}
{ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ} … 
sampai 
{أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ}.

Allah memberitakan bahwa mereka adalah orang-orang yang mendapat hidayah dan keberuntungan, berlawanan dengan orang-orang yang dimurkai dan tersesat.

Maka kita memohon kepada Allah Yang Maha Agung agar memberi hidayah kepada kita dan seluruh saudara-saudara kita ke jalan-Nya yang lurus, jalan orang-orang yang Allah beri nikmat: para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah sebaik-baik teman.

Cukuplah Allah sebagai penolong, dan sebaik-baik wakil. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam yang banyak kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya.

Ibnu Taimiyah 
dalam
Majmu' Fatawa 3/124-128

0 comments:

Followers

Google Friend Connect

Google Friend Wall

Powered By Blogger

  © Blogger template Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP