Monday, September 7, 2009

I'rab al-Baqarah 2:186

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Al-Baqarah 2:186).

I’rab:

وَإِذَا

(Dan apabila)
Wawu isti’naf (permulaan kalimat). Kalimat ini adalah kalimat isti’nafiyah (permulaan) yang menunjukkan bahwa ALLAH menjawab semua doa. “Idzaa” adalah dzaraf zaman istiqbal (akan datang), mabni atas sukun yang mengandung makna syarat.

سَأَلَكَ

(Bertanya)
Fi’il madhi mabni atas fathah. Kaaf adalah dhamir (kata ganti) muttashil mabni atas fathah “fii mahalli nashbi maf’ul bihi”. Kalimat “sa’alaka ...” adalah “fii mahalli jarrin” karena idhafah setelah kata idzaa.

عِبَادِي

(Hamba-Ku)
Fa’il (Subjek) marfu’ dengan dhammah yang diperkirakan di atas huruf sebelum huruf yaa’ mutakallim (orang pertama). Yaa’ adalah dhamir muttashil mabni atas sukun “fii mahalli jarri mudhaf ilaihi”.

عَنِّي

(Tentang Aku)
Jarr wa majrur muta’alliq (terkait) dengan kalimat “sa’alaka”.
فَإِنِّي قَرِيبٌ

(Maka sesungguhnya Aku adalah dekat)
Faa’ menyambung jawab dari syaratnya. Inna adalah huruf menyeruapi fi’il yang memberikan faidah taukid (penegasan) sedangnkan Yaa’ adalah dhamir muttashil mabni atas sukun “fii mahalli nashbi” isimnya inna. Qariib adalah khabar dari inna marfu’ dengan dhammah. Kalimat ini adalah jawab dari syarat (Dan apabila ...).



أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ

(Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa)
Ujiibu adalah fi’il mudhari’ marfu’ dengan dhammah. Fa’ilnya adalah dhamir mustatir wujuban dengan perkiraan (taqdir): Ana (Aku). Da’wata adalah maf’ul bihi (objek) manshub dengan fathah. Kalimat “Ujiibu ...” adalah “fii mahalli nashbi haalin” atau “fii mahalli raf’in” sebagai khabar kedua dari inna. ad-Daa’i adalah mudhaf ilaihi majrur dengan sebab idhafah dan alamat jarrnya adalah kasrah yang diperkirakan di atas Yaa’ karena berat. Huruf Yaa’ dihilangkan tulisannya untuk meringankan (takhfiif) bacaan asalnya adalah ad-daa’iy.

إِذَا دَعَانِ

(apabila ia memohon kepada-Ku)
Idzaa sudah dibahas. Da’aani adalah fi’il madhi mabni atas fathah yang diperkirakan di atas alif karena ‘udzur. Fa’ilnya adalah dhamir mustatir jawaazan dengan perkiraan huwa. Nun disebut nun wiqayah dan Yaa’ dihilangkan tulisannya untuk meringankan bacaan asalnya adalah Da’aaniy. Yaa’ yang dihilangkan adalah dhamir muttashil mabni atas sukun “fii mahalli nashbi maf’ul bihi”, Kalimat “Da’aani” adalah “fii mahalli jarrin” dengan sebab idhafah setelah idzaa yang mengandung makna syarat. Jawab syaratnya dihilangkan karena sudah diketahui dari makna kalimat sebelumnya “Ujiibu ...”.

فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي

(maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku)
Faa’ isti’nafiyah. Laam adalah laam amr (perintah). Yastajiibuu adalah fi’il mudhari’ majzum dengan sebab laam (amr), alamat jazmnya adalah membuang huruf nun (asalnya yastajiibuuna) karena termasuk af’aalul khamsah. Wawu adalah dhamir muttashil “fii mahalli raf’i faa’il”. Alif disebut fariqah (pembeda) yang menunjukkan bahwa wawu adalah dhamir bukan bagian dari fi’il aslinya. Lii (Lam dan Yaa’ dhamir muttashil “fii mahalli jarr”) adalah jarr wa majrur terkait dengan yastajiibuu.

وَلْيُؤْمِنُوا بِي

(dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku)
Wawu ‘athaf. Liyu’minuu bii di’athafkan atas Liyastajiibuu lii dengan i’rab yang sama, yakni laam adalah laam amr (perintah). Yu’minuu adalah fi’il mudhari’ majzum dengan sebab laam (amr), alamat jazmnya adalah membuang huruf nun (asalnya yu’minuuna) karena termasuk af’aalul khamsah. Wawu adalah dhamir muttashil “fii mahalli raf’i faa’il”. Alif disebut fariqah (pembeda) yang menunjukkan bahwa wawu adalah dhamir bukan bagian dari fi’il aslinya. Bii (Baa’ dan Yaa’ dhamir muttashil “fii mahalli jarr”) adalah jarr wa majrur terkait dengan yu’minuu.

لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

(agar mereka selalu berada dalam kebenaran)
La’alla adalah saudaranya inna, memberikan makna supaya atau agar. Hum dhamir gha’ibin (orang ketiga jamak) “fii mahalli nashbi” isimnya la’alla. Yarsyuduun adalah fi’il mudhari’ marfu’ dengan tetapnya nun karena termasuk af’alul khamsah. Wawu adalah dhamir muttashil “fii mahalli raf’i fa’il”. Kalimat yarsyuduun “fii mahalli raf’in” khabarnya la’alla. Makna yarsyuduun adaladh yahtaduun (mendapatkan petunjuk atau di atas kebenaran). Kalimat ini adalah kalimat haal yang menerangkan kalimat sebelumnya.

ALLAH A’lam bi ash-shawab

NA Setiawan

Referensi:

al-I’rab al-Mufashshal Li Kitabillah al-Murattal – Bahjat Abdu al-Wahid Shalih
al-Jadwal fii I’rab al-Quran wa Sharfihi wa Bayanihi – Mahmud Shafi
I’rab al-Quran al-Karim wa Bayanuhu – Muhyiddin ad-Darwisy
at-Tibyan fii I’rab al-Quran – Muhibbuddin ‘Abdullah bin al-Husain al-‘Ukbariy








Read more...

Followers

Google Friend Connect

Google Friend Wall

Powered By Blogger

  © Blogger template Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP